Saturday, May 3, 2014

Macam-Macam Penyerbukan

Otogami
Otogami merupakan proses penyerbukan oleh serbuk sari yang berasal dari bunga yang sama (satu bunga). Pada saat otogami, dapat saja terjadi beberapa gangguan yang menghalangi pertemuan antara serbuk sari dan putik. Berikut ini beberapa istilah atau bentuk gangguan yang menghalangi penyerbukan. Protandri, yaitu peristiwa serbuk sari yang matang lebih dulu dari pada putik. Protagini, yaitu peristiwa putik yang matang lebih dulu daripada serbuk sari. Serbuk sari tidak dapat sampai di kepala putik

Thursday, May 1, 2014

Budidaya Merica

siapa yang tidak kenal komoditas Lada atau juga dikenal dengan merica.  Gara-gara rempah inilah mencul kolonialisme di penjuru dunia.  Lada /merica (Piper nigrum L.) adalah rempah-rempah berwujud biji-bijian. Lada sangat penting dalam komponen masakan dunia terutama di barat (western) dan dikenal luas sebagai komoditi perdagangan penting.  
Provinsi Lampung adalah salah satu negara penghasil lada terbesar di Indonesia.  Indonesia mempunyai peranan penting dalam perdagangan lada di dunia. Indonesia terkenal dengan pasokan lada putih “Muntok White Pepper” dan lada hitam ”Lampung Black Pepper”. 
Manfaat paling utama lada yang utama adalah sebagai bumbu masak yang bisa membuat rasa masakan menjadi sedap, beraroma merangsang, dan menghangatkan badan. Karenanya di Indonesia lada digunakan bumbu khusus masakan-masakan peningkat gairah. Sementara itu di India yang masyarakatnya dikenal sangat menyukai masakan berbumbu lada, sehingga hampir sebagian besar produksi lada mereka untuk konsumsi dalam negeri. Selain untuk bumbu masak, lada bersama beberapa rempah lain dan umbi-umbian juga digunakan sebagai bahan ramuan jamu tradisional.
Lada terutama lada hitam, sering pula disuling untuk diambil minyaknya. Minyak lada dengan aroma wangi yang khas ini dipergunakan untuk bahan campuran minyak wangi.

Monday, April 28, 2014

Jenis-Jenis Tanah

1. Tanah Humus

Tanah Humus berada di lapisan atas, berwarna gelap, dan bersifat gembur.Tanah humus terbentuk dari pembusukan tumbuhan-tumbuhan. Tanah humus banyak ditemukan di hutan tropis termasuk di Indonesia.
2. Tanah Kapur
Tanah kapur terbuat dari pelapukan batuan kapur. Tanah kapur sangat mudah dilalui air dan sedikit mengandung humus. Tanah jenis ini cocok untuk pertumbuhan jati.

Sunday, April 13, 2014

KLASIFIKASI CACING TANAH

Klasifikasi Secara Umum
Dalam bahasa Inggris cacing sering disebut dengan istilah worm, vermes, dan helminth. Cacing, dalam kerajaan binatang termasuk hewan invertebrata atau tanpa tulang belakang. Cacing diklasifikasikan kedalam tiga phylum, yaitu Platyhelminthes, Aschelminthes (Nemathelminthes), dan Annelida (Listyawan, et.al. 1998).
Platyhelminthes merupakan kelompok cacing yang berbentuk pipih, ada yang parasit dan ada yang tidak. Platyhelminthes dibagi dalam tiga kelas yakni Turbelaria, Trematoda dan Cestoda. Kelompok Turbelaria umumnya hidup bebas dan tidak bersifat parasit. Contohnya adalah cacing planaria dan microstomum. Di alam, planaria merupakan hewan indikator perairan yang tidak tercemar. Kelompok Trematoda dan Cestoda umumnya bersifat parasit. Contoh dari kelompok Trematoda adalah cacing Fasciola hepatica (cacing hati), Eurytrema pancreaticum (cacing kelenjar pankreas), dan Schistosoma japonicum (cacing pembuluh darah). Sementara itu contoh dari kelompok Cestoda adalah cacing pita (Taenia saginata dan T. solium) (Listyawan, et.al. 1998).

Wednesday, April 9, 2014

Morfologi Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)

Akar : sistim perakaran kakao sangat berbeda tergantung dari keadaan tanah tempat  tanaman tumbuh. Pada tanah-tanah yang permukaan air tanahnya dalam terutama pada lereng – lereng gunung, akar tunggang tumbuh panjang dan akar-akar lateral menembus sangat jauh ke dalam tanah. Sebaliknya pada tanah yang permukaan air tanahnya tinggi, akar tunggang tumbuh tidak begitu dalam dan akar lateral berkembang dekat permukaan tanah. Ukuran akar tanaman kakao untuk panjang lurus ke bawah kira-kira ± 15 meter dan akar untuk kesamping ± 8 meter. Akar tunggang ini berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang-cabang banyak dan bercabang cabang lagi. Warna akarnya adalah kecoklatan. Perkembangan pada sebagian besar akar lateral tanaman kakao berada pada dekat permukaan tanah Menurut Hall (1932 dalam PPKKI, 2010),

Kandungan gizi coklat

Coklat kakao memiliki efek fisiologis untuk tubuh .Kandungan ini banyak di hubungkan dengan dengan tingkat serotonin dalam otak.Menurunkan tekanan darah jika di makan secara teratur.
Berikut Kandungan gizi coklat kakao
1. Lemak kakao :  terdiri atas 37,50 asam tidak jenuh, yaitu asam oleat dan sisanya lebih kurang 61,40% merupakan asam lemak jenuh yaitu campuran dari asam sterat dan asam palmitat.
2. Karbohidrat : Kakao mengandung cukup banyak senyawa karbohirat dari jenis sederhana dan kompleks. Kandungan karbohidrat adalah senyawa monosakarida. Biji kakao tidak menambah kadar gula dalam darah karena selain proses penyangrainya biji kakao, glukosa dan fruktosa.
3. Protein : biji kakao mengandung protein yang sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh. Protein juga menghasilkan energi sebesar 4,1 kkalori/gram. 
4. Senyawa Penyegar : Selain memasok kebutuhan nutrisi tubuh, beberapa jenis makanan bisa mempengaruhi suasana hati menjadi baik. Rasa tenang, tegar. Perasaan senang bermula dari aktivitas sel syaraf di dalam otak jenis neurotransmitter yang memegang peranan penting dalam menjaga atau menimbulkan perasaan senang, tenang dan dopamin. Dopamin dipicu dalam otak oleh senyawa feniletilamina.
5. Kadar Mineral : Biji kakao mengandung mineral P,K,Cu, Mg, Ca, S dan Fe dalam jumlah yang memadai.
6.  Vitamin : Biji kakao mengandung berbagai jenis vitamin penting A, B, C, D, E dalam jumlah memadai.  

Sunday, April 6, 2014

Kadar Lemak Biji Kakao

     Kadar lemak pada umumnya dinyatakan dalam persen dari berat kering keping biji. Lemak merupakan komponen termahal dari biji kakao sehingga nilai ini dipakai oleh konsumen sebagai salah satu tolok ukur penentuan harga. Selain oleh bahan tanam dan musim, kandungan lemak dipengaruhi oleh perlakuan pengolahan, jenis bahan tanaman dan faktor musim. Biji kakao yang berasal dari pembuahan musim hujan umumya mempunyai kadar lemak lebih tinggi. Sedang, karakter phisik biji kakao pasca pengolahan, seperti kadar air, tingkat fermentasi dan kadar kulit, berpengaruh pada randemen lemak biji kakao. Kisaran kadar lemak biji kakao Indonesia adalah antara 49 - 52 %.

Tuesday, January 14, 2014

Pengaruh pengapuran terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kakao (Theobroma cacao)

     Lahan perkebunan di Indonesia umumnya sudah diusahakan dengan tanaman budidaya dalam beberapa periode. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kimia pada lahan pertanian/perkebunan dapat meningkatkanderajat keasaman (menurunkan pH tanam) tidak terkecuali pada areal perkebunan kakao. Tanaman kakao sendiri tergolong sangat peka terhadap kondisi keasaman tanah.
    Salah satu upaya untuk meningkatkanpH tanah adalah dengan pengapuran. Cara ini biasa dilakukan pada lahan-lahan yang memiliki pH rendah di areal yang baru dibuka ataupun peremajaan (replanting). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh UTB Sihotang dan M Tampubolon (Buletin Pusat Penelitian Perkebunan Tanjung Morawa, Vol. 1 No. 3 1990) menunjukkan bahwa pengapuran memberikan pengaruh positif terhadap ketersedian beberapa unsur hara penting di dalam tanah.

Pemanfaatan Limbah Biomassa Cangkang Kakao Sebagai Sumber Energi Terbarukan

        Perkembangan ekonomi Indonesia di era globalisasi saat ini menyebabkan peningkatan konsumsi energi di semua sector ekonomi. Diperkirakan kebutuhan energi nasional akan meningkat dari 674 juta SBM (setara barel minyak) tahun 2002 menjadi 1680 juta SBM pada tahun 2020, meningkat sekitar 2,5 kali lipat atau naik dengan laju pertumbuhan rerata tahunan sebesar 5,2%. Sedangkan cadangan energi nasional semakin menipis apabila tidak ditemukan cadangan energi baru. Sehingga perlu dilakukan berbagai terobosan untuk mencegah terjadinya krisis energi. Kenaikan akan permintaan energi juga akan menyebabkan peningkatan emisi lingkungan. Diperkirakan terjadi peningkatan emisi CO2 dari 183,1 juta ton di tahun 2002 menjadi 584,9 juta ton di tahun 2020 yang berarti terjadi kenaikan 3,2 kali lipat (KNRT, 2006).

Tuesday, December 10, 2013

Realokasi Assimilat Untuk Meningkatkan Produktivitas Buah Tanaman Coklat

Monday, 12 August 2013 . Written by DJOKO SANTOSO, Dr, MSc.
Meskipun di tingkat dunia berada di urutan ketiga sebagai penghasil biji tanaman coklat atau kakao (Theobroma cacao L.), Indonesia memiliki produktivitas kebun kakao yang terbilang rendah. Produktivitas rata-rata kebun kakao Indonesia hanya 800 kg/ha [1]. Angka produktivitas ini sama dengan 40% dari potensinya [2] atau menurut Duke (1998) kurang dari 25% terhadap potensinya, 3,4 ton/ha per tahun [3].
Salah satu penyebab rendahnya produktivitas kakao ini adalah gangguan layu pentil (cherrelle wilt) yang menyerang buah kakao muda (pentil). Tingkat gangguan fisiologis tanaman ini bervariasi antar klon. Pada klon-klon kakao yang rentan, hanya sekitar 10% dari seluruh buah muda yang mampu tumbuh dan berkembang lebih lanjut sedangkan 90% sisanya mengalami kelayuan. Tingkat gangguan akan semakin tinggi apabila pada saat bersamaan selain banyak berbuah muda, juga terjadi pertunasan baru (flushing).
Penyebab gangguan layu pentil adalah karena terjadi kompetisi untuk memperebutkan assimilat antara pertunasan baru dengan buah muda pada tanaman kakao yang sedang aktif tumbuh. Perlakuan hormon IAA, 2,4-D dan ethrel belum mampu mengatasi gangguan layu pentil tanaman kakao. Cara manual yang hingga sekarang diterapkan untuk mengatasi layu pentil adalah dengan pruning, memangkas pertunasan baru tersebut. Pemangkasan ini dapat menggeser keseimbangan aliran assimilat kearah pertumbuhan buah [4]. Dengan perkataan lain, telah terjadi realokasi assimilat lebih banyak kearah buah (sink tissue) daripada untuk pertumbuhan tunas baru. Cara ini terbukti mampu mengurangi tingkat layu pentil kakao, namun secara praktis memerlukan tenaga kebun yang lebih banyak. Pendekatan alternatif yang mungkin lebih praktis adalah menggunakan zat pengatur tumbuh tanaman (ZPT) golongan plant growth retardant (PGR) seperti CCC atau Mequat klorida [3].
CCC yang disemprotkan pada daun tanaman kakao dapat mengatasi layu penting secara signifikan. Dalam proses ini mekanisme kerjanya adalah, molekul CCC menghambat biosintesis GA tanaman pada tahap ent-Kaurene. Turunnya kandungan GA pada jaringan tanaman kakao khususnya bantalan bunga menekan pertumbuhan vegetatif, tunas baru. Dengan demikian kebutuhan assimilat untuk pertumbuhan vegetatif tersebut semakin berkurang. Akibatnya, tersedia lebih banyak assimilat (sukrosa) untuk mendukung pertumbuhan buah muda. Hal ini didukung oleh data empiris bahwa dalam jaringan bantalan bunga tanaman kakao yang disemprot larutan CCC, memiliki kandungan GA yang lebih kecil dan kandungan sukrosa yang lebih banyak daripada tanaman kontrol yang hanya disemprot air.
Gambar respon fisiologis bantalan bunga kakao oleh penyemprotan PGR pada daun (kiri) dan penyempro-tan air (kanan)
Selain itu, penyemprotan CCC tanaman kakao di luar musim bunga juga menunjukkan respon biokimia yang sama, menurunkan kandungan GA dan meningkat-kan kandungan sukrosa bantalan bunga. Adapun respon fisiologis yang terjadi adalah induksi pem-bungaan: bunga kakao terbentuk lebih awal dan jumlahnya jauh lebih banyak daripada tanaman kakao yang hanya disemprot air [3]. Perlakuaan dan pengamatan lanjutan pada tanaman tersebut juga menunjukkan adanya penu-runan tingkat layu pentil yang signifikan.
Fenomena realokasi assimilat tanaman coklat oleh perlakuan CCC ini, dapat menginspirasi upaya peningkatan produktivitas tanaman tahunan penting lainnya, seperti kelapa sawit. Aplikasi CCC pada tanaman monokotil semusim, gandum (Triticum durum L.), memberikan respon fisiologis yang mirip, tanaman gandum menjadi lebih pendek dan memiliki kemampuan fotosintesis (kandungan klorofil) yang lebih baik [5]. Apabila perlakuan PGR ini juga memberikan respon molekuler dan fisiologis yang mirip untuk tanaman kelapa sawit, maka dapat dibayangkan bahwa teknologi ini akan memberikan dampak ekonomi nasional yang jauh lebih besar lagi. Aplikasi secara rutin bersamaan dengan pemupukan, formula Mequat klorida akan menekan pertumbuhan meninggi batang tanaman kelapa sawit. Sementara itu kelebihan assimilat yang terjadi, akan direalokasikan untuk mendukung pertumbuhan reproduktifnya. Dan yang mungkin terjadi akhirnya adalah pertumbuhan meninggi tanaman kelapa sawit tersebut menjadi lebih lambat tetapi produktivitas TBSnya meningkat.