Saturday, May 5, 2012

Kutub Utara Diramalkan Akan Kehilangan Esnya Antara Tahun 2008-2012

Laut es Kutub Utara sejak dua puluh tahun yang lalu, tahun 1988 mempunyai ketebalan rata-rata lebih dari 3 meter, dengan 50 persen dari esnya sangat keras dan berusia lebih dari jutaan tahun yang lalu.
Tetapi pada bulan September 2007, Pusat Data Salju dan Es AS (NSIDC) menunjukkan bahwa luas lapisan es di Kutub Utara berada pada titik terendah sepanjang sejarah, lapisan es yang mencair lebih dari 40 persen rata-rata, sementara temperatur di daerah es abadi Alaska dan di sebagian daerah Kanada naik lebih dari 2° C dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya. Jika tren ini terus berlanjut maka tanah es abadi di Kutub Utara diramalkan akan kehilangan esnya antara tahun 2008 sampai 2012. 

Pencairan yang cepat pada musim panas 2007 telah membuat Kutub Utara menjadi sebuah pulau yang terpisah dengan daratan. Padahal, wilayah tersebut dikenal sebagai daratan es yang senantiasa menghubungkan Eropa dan Asia sejak pengamatan dilakukan pada tahun 1978. Kedua celah barat laut Kanada dan celah timur laut Rusia telah mencair. Sekarang kapal laut dapat melakukan perjalanan keliling di lapisan es Kutub Utara untuk yang pertama kalinya.
Awal bulan September 2008, es di Kutub Utara kembali berada pada titik terendah kedua sepanjang sejarah. Sekitar 70 persen dari esnya berupa lapisan es yang baru terbentuk pada musim dingin tahun sebelumnya dan tebalnya hanya 1 meter. Data satelit terakhir menunjukkan bahwa saat ini permukaan es telah menurun menjadi 5,26 juta kilometer persegi. Laju pencairan yang terjadi saat ini sungguh terlalu cepat.
Selain itu, menurut Laporan Pusat Data Iklim Nasional NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), bulan Januari 2008 tercatat sebagai bulan Januari paling bersalju di Asia. Namun, pada bulan Maret 2008 tercatat sebagai bulan terpanas dalam sejarah dunia, suhunya mencapai 1,8 derajat lebih tinggi dari suhu rata-rata sepanjang abad ke-20. Salju yang terbentuk pada musim dingin tahun lalu segera terkikis secara mencegangkan.
Semenanjung Antartika juga menghadapi kenaikan suhu paling tinggi dibandingkan kawasan lain di Kutub Selatan. Dalam 50 tahun terakhir, suhu rata-rata di kawasan tersebut naik 2,5° C. Sebagai dampaknya, tujuh beting es di kawasan tersebut pecah selama 20 tahun terakhir. Selain itu, ada beberapa benting es yang pecah pada tahun 2008 ini, dan jumlah pecahannya itu selalu memecahkan rekor dari tahun-tahun sebelumnya. Sepanjang dua tahun terakhir, wilayah Arktik di Kutub Utara kehilangan lapisan es seluas dua kali wilayah Prancis atau sepuluh kali luas Pulau Jawa.
Beting es Wilkins Hancur
Pada tanggal 28 April 2009, Agen Luar Angkasa Eropa (EPA) telah mengumumkan bahwa beting es yang besar ini telah terpisah dari Peninsula Arktik dan sekarang mulai pecah sendiri. Dengan jembatan yang menghubungkan Beting Es Wilkins dengan Peninsula yang telah hancur pada 5 April lalu, para peneliti mengatakan bahwa kejadian ini menunjukkan bencana kutub
paling parah dalam 2 dekade. David Vaughan dari Survei Antartik Inggris mengatakan, “Ada perubahan besar dari hasil pemanasan atmosfer di daerah Peninsula Antartika yang telah menjadi yang paling cepat di Belahan Bumi Selatan.”
http://www.france24.com/en/20090428-icebergs-break-away-antarctic-iceshelf
Beting Es Wordie di Antartika Menghilang
Pada tanggal 2 April 2009, Beting Es Wordie menghilang. Dengan menyebut perubahan iklim sebagai penyebabnya, Survei Geologis AS dan Survei Antartika Inggris telah melaporkan bahwa Beting Es Wordie, yang hancur pada tahun 1960-an sekarang hilang bersama dengan bagian utara dari Beting Es Larsen. Agen Luar Angkasa Eropa juga mengumumkan bahwa jembatan es yang hubungkan Beting Es Wilkin dengan daratan juga hampir terpisah. 
Ahli geologi Masyarakat Geologi AS, Jane Ferrigno yang mempimpin penelitian tentang Beting Wordie dan Larsen menyatakan, “Antartika sangat khusus karena di sana menyimpan sekitar 91 persen dari jumlah es di Bumi, dan perubahan di manapun dalam lapisan es itu mempunyai bahaya yang berarti bagi masyarakat.

No comments:

Post a Comment