Tuesday, December 10, 2013

Realokasi Assimilat Untuk Meningkatkan Produktivitas Buah Tanaman Coklat

Monday, 12 August 2013 . Written by DJOKO SANTOSO, Dr, MSc.
Meskipun di tingkat dunia berada di urutan ketiga sebagai penghasil biji tanaman coklat atau kakao (Theobroma cacao L.), Indonesia memiliki produktivitas kebun kakao yang terbilang rendah. Produktivitas rata-rata kebun kakao Indonesia hanya 800 kg/ha [1]. Angka produktivitas ini sama dengan 40% dari potensinya [2] atau menurut Duke (1998) kurang dari 25% terhadap potensinya, 3,4 ton/ha per tahun [3].
Salah satu penyebab rendahnya produktivitas kakao ini adalah gangguan layu pentil (cherrelle wilt) yang menyerang buah kakao muda (pentil). Tingkat gangguan fisiologis tanaman ini bervariasi antar klon. Pada klon-klon kakao yang rentan, hanya sekitar 10% dari seluruh buah muda yang mampu tumbuh dan berkembang lebih lanjut sedangkan 90% sisanya mengalami kelayuan. Tingkat gangguan akan semakin tinggi apabila pada saat bersamaan selain banyak berbuah muda, juga terjadi pertunasan baru (flushing).
Penyebab gangguan layu pentil adalah karena terjadi kompetisi untuk memperebutkan assimilat antara pertunasan baru dengan buah muda pada tanaman kakao yang sedang aktif tumbuh. Perlakuan hormon IAA, 2,4-D dan ethrel belum mampu mengatasi gangguan layu pentil tanaman kakao. Cara manual yang hingga sekarang diterapkan untuk mengatasi layu pentil adalah dengan pruning, memangkas pertunasan baru tersebut. Pemangkasan ini dapat menggeser keseimbangan aliran assimilat kearah pertumbuhan buah [4]. Dengan perkataan lain, telah terjadi realokasi assimilat lebih banyak kearah buah (sink tissue) daripada untuk pertumbuhan tunas baru. Cara ini terbukti mampu mengurangi tingkat layu pentil kakao, namun secara praktis memerlukan tenaga kebun yang lebih banyak. Pendekatan alternatif yang mungkin lebih praktis adalah menggunakan zat pengatur tumbuh tanaman (ZPT) golongan plant growth retardant (PGR) seperti CCC atau Mequat klorida [3].
CCC yang disemprotkan pada daun tanaman kakao dapat mengatasi layu penting secara signifikan. Dalam proses ini mekanisme kerjanya adalah, molekul CCC menghambat biosintesis GA tanaman pada tahap ent-Kaurene. Turunnya kandungan GA pada jaringan tanaman kakao khususnya bantalan bunga menekan pertumbuhan vegetatif, tunas baru. Dengan demikian kebutuhan assimilat untuk pertumbuhan vegetatif tersebut semakin berkurang. Akibatnya, tersedia lebih banyak assimilat (sukrosa) untuk mendukung pertumbuhan buah muda. Hal ini didukung oleh data empiris bahwa dalam jaringan bantalan bunga tanaman kakao yang disemprot larutan CCC, memiliki kandungan GA yang lebih kecil dan kandungan sukrosa yang lebih banyak daripada tanaman kontrol yang hanya disemprot air.
Gambar respon fisiologis bantalan bunga kakao oleh penyemprotan PGR pada daun (kiri) dan penyempro-tan air (kanan)
Selain itu, penyemprotan CCC tanaman kakao di luar musim bunga juga menunjukkan respon biokimia yang sama, menurunkan kandungan GA dan meningkat-kan kandungan sukrosa bantalan bunga. Adapun respon fisiologis yang terjadi adalah induksi pem-bungaan: bunga kakao terbentuk lebih awal dan jumlahnya jauh lebih banyak daripada tanaman kakao yang hanya disemprot air [3]. Perlakuaan dan pengamatan lanjutan pada tanaman tersebut juga menunjukkan adanya penu-runan tingkat layu pentil yang signifikan.
Fenomena realokasi assimilat tanaman coklat oleh perlakuan CCC ini, dapat menginspirasi upaya peningkatan produktivitas tanaman tahunan penting lainnya, seperti kelapa sawit. Aplikasi CCC pada tanaman monokotil semusim, gandum (Triticum durum L.), memberikan respon fisiologis yang mirip, tanaman gandum menjadi lebih pendek dan memiliki kemampuan fotosintesis (kandungan klorofil) yang lebih baik [5]. Apabila perlakuan PGR ini juga memberikan respon molekuler dan fisiologis yang mirip untuk tanaman kelapa sawit, maka dapat dibayangkan bahwa teknologi ini akan memberikan dampak ekonomi nasional yang jauh lebih besar lagi. Aplikasi secara rutin bersamaan dengan pemupukan, formula Mequat klorida akan menekan pertumbuhan meninggi batang tanaman kelapa sawit. Sementara itu kelebihan assimilat yang terjadi, akan direalokasikan untuk mendukung pertumbuhan reproduktifnya. Dan yang mungkin terjadi akhirnya adalah pertumbuhan meninggi tanaman kelapa sawit tersebut menjadi lebih lambat tetapi produktivitas TBSnya meningkat.

Pemangkasan Produksi Pada Tanaman Kakao

Untuk tanaman kakao, melakukan pemangkasan berarti usaha untuk meningkatkan produksi dan mempertahankan umur ekonomis tanaman. Pemangkasan tanaman kakao merupakan kegiatan pemotongan/pembuangan bagian tanaman berupa cabang, ranting dan daun yang tidak kita inginkan bagi pertumbuhan tanaman sehingga akan mempercepat terbentuknya buah.Setelah membahas jenis pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemeliharaan. Jenis pemangkasan selanjutnya adalah pemangkasan produksi.Dan ini juga merupakan bagian yang terpenting yang harus dilakukan sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.Pemangkasan produksi pada tanaman kakao bertujuan untuk mengatur agar penyebaran daun produkstif merata dan menekan serangan hama penyakit. Pemangkasan produksi dianjurkan untuk dilakukan 2 kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret atau April dilakukan pemangkasan ringan dan pada bulan Oktober atau November dilakukan pemangkasan berat.Cara melakukan pemangkasan produksi ini adalah dengan memotong cabang atau batang yang tingginya diatas 3,5 sampai 4 meter, mengurangi tajuk yang terlalu rimbun dan memotong cabang yang masuk ke tajuk tanaman tetangganya.
Semoga bermanfaat..............


Sunday, December 1, 2013

Menekan Daya Berkecambah Benih Rekalsitran

oleh : OKI ALFIANI, SP

Seperti telah kita ketahui bersama bahwa benih rekalsitran adalah benih yang tidak mempunyai masa istirahat hal ini bertolak belakang dengan benih ortodoks sebagai benih yang memiiliki masa dormansi. Pada benih rekalsitran cepatnya proses perkecambahan benih sering menjadi masalah atau kendala untuk mengirim benih ketempat produksi dalam kurun waktu tertentu. Hal ini disebabkan seringnya benih

Saturday, September 28, 2013

Morfologi Daun Tanaman Kakao


Daun atau Folium tanaman kakao merupakan daun tunggal (Folium Simplex) yaitu pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja dengan bentuk tangkai daunnya (Petiolus) atau bulat telur. 

PEREMAJAAN KAKAO DENGAN TEKNIK SAMPING

Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan tanaman perkebunan berumur panjang, mulai berproduksi 3 – 4 tahun setelah tanam, tergantung dari bahan tanaman unggul yang digunakan dan agro-ekosistem pengembangannya. Potensi produksi tanaman kakao unggul seperti ICCRI 01 dan 02, KW 30, 48 dan 162 dapat mencapai 2.160 – 3.200 kg/ha/th dengan berat per biji kering berkisar antara 1,10 – 1,36 g/biji. Berdasarkan data yang ada, luas areal perkebunan kakao di Indonesia pada tahun 2005 telah mencapai 992.448 ha dengan total produksi 652.396 ton dengan produksi berkisar antara 839 – 992 kg/ha/tahun, masih jauh dibawah dari potensi produksi yang sebenarnya. Dari luasan tersebut seluas 887.735 ha (89,45%) diusahakan oleh Perkebunan Rakyat, 49.976 ha (5,04%) oleh Perkebunan Besar Negara dan seluas 54.737 ha (5,51%) oleh Perkebunan Besar Swasta. Kejayaan perkebunan kakao terutama perkebunan rakyat dirasakan pada kurun waktu tahun 1998 – 2003 terutama disentra-sentra perkebunan kakao seperti di Propinsi Sulawesi tenggara dan Sulawesi Selatan. Pada kurun waktu tersebut produktivitas tanaman di perkebunan rakyat dapat mencapai 1.200 kg/ha/th,

Sulawesi Selatan Sentra Bibit Sambung Pucuk Kakao

Sulawesi Selatan merupakan sentra pengembangan kakao di Indonesia. Ternyata daerah ini juga memiliki potensi bibit sambung pucuk hingga jutaan batang.
Pada prinsipnya sambung pucuk adalah menyambungkan bibit batang bawah yang berasal dari biji dengan batang atas yang bersumber dari entres. Kelebihan produksi bibit dengan metoda ini adalah dapat diperoleh bahan tanam yang identik dengan induk asal entresnya. Berbeda dengan bahan tanam dari biji yang sulit dipastikan apakah bakal memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.
Selain itu, bibit sambung pucuk memiliki perakaran yang kuat karena batang bawahnya berasal dari biji. Berbeda bibit asal stek yang memiliki akar serabut.

Tuesday, September 10, 2013

Morfologi Bunga Kakao


      Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut denganbantalan bunga (cushioll). Bunga kakao mempunyai rumus K5C5A5+5G

Sunday, September 1, 2013

Jamur Tahi Sapi Masuk UU Narkotika

Metrotvnews.com, Jakarta: Sebagian orang mungkin tak asing dengan istilah Magic mushroom. Ini merupakan jamur yang biasa tumbuh pada kotoran hewan, terutama sapi. Bila dikonsumsi, bisa memunculkan efek halusinasi tingkat tinggi.
Banyak orang mengira penggunaan jamur sah-sah saja karena sifatnya yang alami. Tapi ternyata jenis jamur ini masuk dalam narkotika golongan I di Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009. Pengguna maupun penjualnya bisa dikenakan pidana.

Friday, August 16, 2013

Penyakit Jamur Upas Corticium salmonicolor



  Diagnosis
Dapat dilihat dari gejala terutamapada percabangan yang sudah berkayu. Serangan jamur upas terdiri dari beberapa tungkatan sbb :
-          Tingkat sarang laba-laba
Serangan muls-mula mirip jamur seperti perak, mirip dengan sarang laba-laba
Tingkat Bongkol
Jamur berbentuk kumpulan-kumpulan hifa
-          Tingkat corticium
Jamur membentuk kerak berwarna merah jambu, kulit cabang dibawah kerak tersebut sudah membusuk
-          Tingkat nekator
Jamur akan dapat berkembang membentuk piknidia berwarna merah tua dan terdapat pada sisi yang lebih kering.
b.      Penyebaran
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor B. et Br. Penyebarannya disebabkan oleh angin. Jamur ini bersifat polifag antara lain karet, kopi, the, kina, apel, dan lengkeng. Kebun yang memiliki kelembaban tinggi karena pemangkasan tanaman kakao dan tanaman pelindung yang terlambat sangat membantu perkembanagn penyakit. Apabila musim hujan terus-menerus akan mempercepat perluasan jamur ini.
c.       Kerusakan
Kerusakan yang parah dapat mengakibatkan matinya ranting dan bahkan seluruh tanaman. Di Indonesia penyakit ini terjadi terutama di daerah basah seperti Sumatra utara dan jawa barat.
d.      Pengendalian
-          Saat musim hujan, kelembaban kebun dijaga agar tidak terlalu tinggi dengan melakukan pemangkasan
-          Pemangkasan cabang tanaman yang terserang jamur ditambah 20 cm dibawahnya. Kemudian cabang yang sakit itu dibakar atau dipendam
-          Apabila gejala nya masih tingkat sarang laba-laba dan cabang yang terserang masih hidup bisa dipertahankan dengan cara membersihkan miselium yang menempel kemudian diolesi fungisida
-          Musnahkan sumber infeksi yang terdapat pada tanaman lain.

Monday, July 22, 2013

PEMELIHARAAN KAKAO

                                                     JANUARI




Dimulai pembungaan dan buah kakao terbentuk dengan ukuran dibawah 5 cm.
Panen buah akhir.
Tingkat serangan PBK sangat tinggi karena kurangnya buah kakao yang masak. Waktu yang tepat untuk pemupukan I.
komposisi :
Pupuk urea 150 – 200 gram.
Pupuk TSP 150 – 200 gram.
KCL 200 – 250 gram.
Cara memupuk :
Menabur pupuk disekeliling pohon dengan jarak 75 – 100 cm dari pohon.
Dengan cara tugal, yaitu membuat lubang di sekeliling pohon sebanyak 5 – 6 lubang dengan jarak 75 – 100 cm.
Dengan cara piringan, yaitu membenamkan pupuk di sekeliling pohon dengan jarak 75 – 100 cm.
Dengan cara larikan, yaitu membenamkan pupuk diantara barisan pohon.

Saturday, July 20, 2013

Penyakit Jamur Upas Pada Tanaman Kakao


Begitu banyak jenis jamur merugikan yang menyerang tanaman kakao, salah satunya adalah jamur upas atau dalam bahasa latinnya Corticium Salmonicolor B. et Br, Upasia Salmonicolor (B. et Br) Tjokr.Jenis jamur ini merupakan penyakit utama yang menyerang tanaman kakao dan dialami hampir oleh semua petani kakao. Penyebab utama penyakit ini adalah kebersihan kebun yang kurang serta minimnya pemangkasan.

Hama Penggerek Batang Tanaman Kakao


Hama dan penyakit tanaman kakao yang juga merupakan hama utama bagi para petani kakao adalah hama penggerek batang yang disebabkan oleh sejenis serangga yang dalam bahasa latinnya Zeuzera coffeae Nietn. dan Glenea spp.

Hama ini dialami hampir semua petani kakao kita apalagi bila sanitasi lahan jarang dilakukan dan memberi peluang untuk hama ini berkembang biak dengan baik dan secara perlahan dan pasti akan merusak batang kakao sehingga menjadi salah satu penyebab menurunnya produktifitas kakao petani.

Hama Kepik Penghisap Buah Kakao


Bila ada teman-teman yang mengunjungi kebun kakao dan menemukan buah kakao seperti gambar disamping, itu berarti buah kakao sudah terkena hama kepik penghisap buah kakao yang juga merupakan salah satu hama utama tanaman kakao.

Tuesday, July 16, 2013

Klon Pokeng

LUWU-KAKAO INDONESIA. Klon ini menarik untuk diteliti. Pasalnya menurut pemilik
tanaman, jika buah dari jenis lain yang ada dikebunnya pasti akan ditemukan yang terkena
PBK. Namun buah dari jenis ini tidak pernah terserang.

Perbanyakan Tanaman Kakao Secara Vegetatif

Compared to cacao originated from seed, clonal cacao plant is guaranteed to have homogen yield and seed quality, and high productivity. Clonal can be viewed as a new paradigm.in cacao, by which’the treatment is not limited for fine tlavor cocoa. Clonal plants nowadays have been supported by the availability of superior clone and also the method is easy to do. Cacao multiplication can be done

Agar Buah Kakao Berbuah Lebat

Kakao (Theobroma cacao) adalah sumber pendapatan utama keluarga pedesaan dan memainkan peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan serta memperbaiki kualitas hidup di berbagai negara tropis. Perbaikan pengelolaan tanaman kakao dewasa dapat menghasilkan produksi yang berkelanjutan dalam jumlah yang cukup banyak, tapi biji kakao kering yang dihasilkan masih sangat minim. Untuk mengatasi masalah tersebut, Pusat Penelitian Pertanian Internasional Australia (ACIAR) bekerjasama dengan Lembaga Kelapa Kakao, Papua Nugini.

Monday, July 15, 2013

Klon Kakao Sulawesi Hasilkan 300 Buah Per Pohon


KakaoREPUBLIKA.CO.ID,Klon kakao Sulawesi I dan II yang banyak digunakan untuk mengembangkan tanaman kakao di Sulawesi Barat mampu menghasilkan kakao hingga 300 buah per-pohon.
Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh di Mamuju, Selasa, mengatakan, klon kakao Sulawesi I dan II merupakan klon kakao yang berasal dari kakao Sulbar yang sebelumnya disebut klon kakao Sulbar I dan II.

Ditemukan Klon Kakao Tahan PBK

penggerek Buah Kakao (PBK) merupakan salah satu hama yang menjadi momok bagi petani kakao. Kabar baiknya, Puslitkoka berhasil menemukan klon yang tahan terhadap PBK
Pusat Penelitian Kakao dan Kopi Indonesia (Puslitkoka) baru saja merilis 2 klon yakni ICCRI 7 dan Sulawesi 3 yang memiliki ketahanan terhadap hama penggerek buah kakao (PBK).

Saturday, July 13, 2013

PENYAKIT KANKER BATANG PADA TANAMAN KAKAO


Penyakit Kanker Batang Pada Tanaman Kakao
Bila kita mendengar penyakit kanker pada manusia mungkin tidak asing lagi. Tapi saya yakin bila sahabat semua mendengar kalau pada tanaman kakao juga ada istilahnya penyakit kanker yang menyerang batang kakao pasti timbul tanda tanya.
Penyakit kanker batang pada tanaman kakao disebabkan oleh sejenis patogen yang menyerang batang kakao atau sering disebut jugaPhytophthora Palmivora (Butl.) Butl, sama seperti patogen pada penyakit busuk buah kakao.

Tuesday, July 9, 2013

Sulawesi Selatan Sentra Bibit Sambung Pucuk Kakao

Sulawesi Selatan merupakan sentra pengembangan kakao di Indonesia. Ternyata daerah ini juga memiliki potensi bibit sambung pucuk hingga jutaan batang.
Pada prinsipnya sambung pucuk adalah menyambungkan bibit batang bawah yang berasal dari biji dengan batang atas yang bersumber dari entres. Kelebihan produksi bibit dengan metoda ini adalah dapat diperoleh bahan tanam yang identik dengan induk asal entresnya. Berbeda dengan bahan tanam dari biji yang sulit dipastikan apakah bakal memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.
Selain itu, bibit sambung pucuk memiliki perakaran yang kuat karena batang bawahnya berasal dari biji. Berbeda bibit asal stek yang memiliki akar serabut.

Monday, July 8, 2013

Klon-Klon Kakao Unggul dan Potensi di Sulawesi Barat

Sulawesi Barat merupakan salah satu penghasil kakao utama di Sulawesi, dengan kontribusi sekitar 22%. Luas  pertanaman kakao di Sulawesi Barat adalah 180.835 ha. Bahan tanam (klon) memegang peranan penting yang menentukan produktivitas maupun mutu biji kakao. BPTP Sulawesi Selatan bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao dan Aciar melakukan uji  adaptasi beberapa calon klon unggul dan klon unggul lokal di Kabupaten Polewali

Sunday, July 7, 2013

Mengenal Klon Unggul Kakao

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan melalui kegiatan P3TIP/FEATI melaksanakanWorkshop Pengembangan Klon-Klon Unggul Kakao dan Pembuatan Pupuk Organik Menggunakan Limbah Pertanian. Workshop yang dilaksanakan pada senin (12/07/2010) dihadiri oleh Bupati Kab. Polman yang diwakili oleh Staf Ahli Bupati Polman, Kepala Dinas Perkebunan Kab. Polman, Camat se Kab. Polman, Kepala BPP dan Penyuluh se Kab. Polman, Petani di sekitar lokasi dengan jumlah ± 140 peserta. Peserta sangat antusias melihat klon-klon yang ada, dan sangat tertarik untuk ikut mengembangkan klon unggul seperti KW 617, M01, PBC 123, Gene J dan klon lain yang dianggap unggul. Peserta menginginkan agar klon-klon unggul yang memberikan hasil yang baik dapat segera dirilis/dilepas dan diharapkan nama untuk klon tersebut adalah Polman.

Saturday, July 6, 2013

Standarisasi mutu biji kakao

Standarisasi Untuk Mencari Mutu Biji Kakao - Bagi industri makanan dan minuman cokelat, mutu biji kakao merupakan persyaratan mutlak. Dengan demikian, bagiprodusen atau eksportir biji kakao mutu   seharusnya menjadi perhatian agar posisi bersaing (bargaining position) menjadi lebih baik dan keuntungan dari harga jual menjadi optimal. Bagi pengusaha mutu berarti pemenuhan kepuasan  kepada pelanggan tanpa banyak memerlukan tambahan biaya yang lebih tinggi.

Dalam bisnis kakao, mutu mempunyai beberapa pengertian antara lain mutu, dalam pengertian sempit, sesuatu yang berkaitan dengan citarasa (flavor), sedang dalam pengertian yang luas, mutu meliputi beberapa aspek yang menentukan harga jual dan akseptabilitas dari suatu partai biji kakao oleh pembeli (konsumen). Persyaratan mutu ini diatur dalam standar perdagangan.

Pengendali penyakit VSD

Cendawan Endofit Sebagai Pengendali Hayati

I. Latar Belakang

            Secara teknis, pengendalian hayati lebih unggul dibandingkan pengendalian dengan cara kimiawi karena selain efektif dan efisien juga ramah lingkungan. Perkembangan hasil penelitian tentang berbagai agensia hayati yang bermanfaat untuk mengendalikan berbagai patogen pada tanaman, sebenarnya sudah cukup menggembirakan walaupun masih sedikit yang dapat digunakan secara efektif di lapangan. Dampak positif dari pengendalian hayati penyakit tanaman diperoleh secara berangsur-angsur dan berkesan lambat dibandingkan penggunaan pestisida.
            Cendawan endofit merupakan salah satu agen pengendali hayati yang saat ini mulai banyak dikenal oleh masyarakat. Cendawan Endofit dapat diartikan sebagai simbiosis mutualistik dengan batang, pohon, daun, rumput atau herba sebagai inangnya. Hampir semua tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa cendawan endofit yang mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder. Beberapa kajian terhadap cendawan endofit terbukti memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi, baik sebagai bahan baku obat, maupun penghasil senyawa bioaktif lain yang bermanfaat dalam bidang pertanian (Lestari, 2011).

Brokoli dan Manfaat Kesehatannya

Manfaat Brokoli Untuk Mencegah Kanker.Manfaat kesehatan dari brokoli sangat terkenal. Sekarang ada bukti untuk menunjukkan kepada Anda manfaat maksimal jika brokoli dimasak dengan cara yang benar dan membuat dua kali lebih efektif dalam memerangi kanker.

Sunday, June 30, 2013

Ditemukan Klon Kakao Tahan PBK

penggerek Buah Kakao (PBK) merupakan salah satu hama yang menjadi momok bagi petani kakao. Kabar baiknya, Puslitkoka berhasil menemukan klon yang tahan terhadap PBK
Pusat Penelitian Kakao dan Kopi Indonesia (Puslitkoka) baru saja merilis 2 klon yakni ICCRI 7 dan Sulawesi 3 yang memiliki ketahanan terhadap hama penggerek buah kakao (PBK).