Tuesday, July 9, 2013

Sulawesi Selatan Sentra Bibit Sambung Pucuk Kakao

Sulawesi Selatan merupakan sentra pengembangan kakao di Indonesia. Ternyata daerah ini juga memiliki potensi bibit sambung pucuk hingga jutaan batang.
Pada prinsipnya sambung pucuk adalah menyambungkan bibit batang bawah yang berasal dari biji dengan batang atas yang bersumber dari entres. Kelebihan produksi bibit dengan metoda ini adalah dapat diperoleh bahan tanam yang identik dengan induk asal entresnya. Berbeda dengan bahan tanam dari biji yang sulit dipastikan apakah bakal memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.
Selain itu, bibit sambung pucuk memiliki perakaran yang kuat karena batang bawahnya berasal dari biji. Berbeda bibit asal stek yang memiliki akar serabut.

Klon yang digunakan untuk batang bawah adalah yang memiliki perakaran kuat. Sedangkan untuk batang atas petani biasanya memilih jenis Sulawesi 1, Sulawesi 2 atau klon lokal seperti 45 yang memiliki produksi tinggi dan relatif tahan terhadap penyakit VSD. Hasil dilapangan menunjukkan bibit sambung puncuk asal Sulses memiliki produktivitas rata di atas 1 ton/ha/tahun.
Di wilayah Sulses bibit sambung pucuk tersebar di hampir di seluruh sentra pengembangan kakao. Khusus di wilayah Kabupaten Luwu, petani mendapatkan bimbingan dari PT. MARS yang merupakan perusahaan pengolahan kakao.
Namun, salah seorang petani penangkar di Kabupaten Luwu menuturkan, jika harga bibit di tingkat mengalami penurunan dari 3 tahun yang lalu. Hal ini dikaitkan dengan kelebihan supply.
“ Petani bergairah memproduksi bibit sambung samping sejak 4 tahun lalu, karena ada kabar jika pemda akan mengadakan program pengadaan benih”, tuturnya.
Oleh sebab itu beberapa petanipun mencoba memasarkan kepada pengguna secara langsung. Sehingga beberapa dari bibit kakao asal petani menyebar hingga luar Sulsel.

No comments:

Post a Comment