Thursday, November 10, 2011

Pengolahan Tanah untuk Memperbaiki Sifat Fisik Tanah Sawah Bukaan Baru


Pengolahan Tanah untuk Memperbaiki Sifat Fisik Tanah Sawah Bukaan Baru


DESKRIPSI
Sawah bukaan baru umumnya belum mempunyai sifat fisik yang
ideal untuk tanah sawah. Perkolasi tanahnya masih relatif tinggi karena
lapisan tapak bajaknya belum terbentuk sehingga efisiensi penggunaan
air masih rendah.
Selama proses pembentukkan sawah, sifat fisik tanah mengalami
banyak perubahan. Proses reduksi dan oksidasi merupakan proses-
proses utama yang dapat mengakibatkan perubahan baik sifat mineral,
kimia, fisika, dan biologi tanah. Perubahan sifat fisik tanah juga banyak
dipengaruhi oleh terjadinya iluviasi dan/atau eluviasi bahan kimia atau
partikel tanah akibat proses pelumpuran dan perubahan drainase.
Pengolahan tanah pada lahan sawah bukaan baru penting untuk
mendapatkan kondisi fisik tanah yang ideal dan menekan berbagai
dampak negatif yang bisa timbul. Proses pelumpuran, sebagai suatu
cara pengolahan tanah yang spesifik untuk tanah sawah memberikan
pengaruh positif dalam menciptakan media tanam yang cocok untuk
padi, menekan perkolasi, serta mendukung pembentukan lapisan tapak
bajak.
PENGARUH PENGELOLAAN TANAH/PELUMPURAN TERHADAP SIFAT FISIK TANAH SAWAH
Tekstur dan tipe mineral liat, struktur, dan kandungan bahan organik menentukan tingkat pengaruh dari pelumpuran
terhadap perubahan sifat fisik tanah. Pelumpuran hanya sedikit berpengaruh atau bisa tidak berpengaruh terhadap sifat
fisik tanah-tanah bertekstur kasar atau tanah yang mudah terdispersi, misalnya tanah bertektur halus dengan ESP
(
exchangeable sodium percentage
/persen pertukaran natrium) tinggi, atau tanah-tanah bersifat sodik. Pengaruh terbesar
dari sistem pengolahan basah terhadap sifat fisik terjadi pada tanah bertektur halus, dengan aktivitas liat tinggi, yang
teragregasi bila dalam keadaan kering. Dengan demikian, untuk mengefisienkan waktu dan biaya pengolahan yang mahal,
maka penting untuk mengidentifikasi mana tanah yang sifat fisiknya bisa atau tidak bisa dimanipulasi dengan pengolahan
basah.
PELUANG DAN KENDALA PENCETAKAN SAWAH BARU PADA BERBAGAI JENIS TANAH DITINJAU
DARI ASPEK FISIK TANAH
Ultisols dan Alfisols mempunyai horizon Argilik yang ditandai dengan akumulasi liat. Ultisols dan Alfisols dengan rejim
kelembapan Aquic tidak banyak mempunyai kendala untuk dijadikan sawah. Namun jika rejim kelembapan adalah Ustik
atau Udik, lapisan tapak bajak biasanya akan dapat terbentuk di atas horizon Argilik dan pembentukan ini memerlukan
waktu yang lama. Perkolasi lapisan tapak bajak yang terbentuk biasanya masih relatif tinggi, terutama pada beberapa
tahun pertama sejak tanah tersebut dijadikan sawah. Untuk Oxisols pembentukan lapisan tapak bajak juga sulit terjadi
(Eswaran, 1985) disebabkan oleh daya agregasi yang kuat oleh sesqui oksida.
Entisols yang berpotensi untuk dijadikan sawah adalah Aquents, kecuali Hydraquents yang mempunyai daya dukung
(
bearing capacity
) yang rendah. Tanah-tanah ini biasanya berada pada dataran pasang surut dan sering mengalami banjir.
Sulfaquents mengandung pirit yang dapat menyebabkan tanahnya sangat masam bila mengalami oksidasi (didrainase).
Psammaquents adalah tanah berpasir dengan muka air tanah yang dangkal. Pori air tersedianya sangat rendah, sehingga
bila tidak ada suplai air, tanaman yang tumbuh pada tanah ini akan mudah mengalami kekeringan.
Tanah Inceptisol mempunyai sifat fisik hampir sama dengan Entisols. Typic Tropaquents mempunyai muka air tanah
dangkal dan Aeric Tropaquepts mempunyai muka air tanah di atas lapisan kedap air (
perched water table
). Ustropepts
sangat peka terhadap kekeringan. Tekstur sangat menentukan bisa atau tidaknya tanah ini dijadikan lahan sawah. Tanah
yang hampir tidak mempunyai kendala untuk dijadikan sawah, baik dari sisi sifat fisik maupun kimia, adalah Mollisols
(Eswaran, 1985). Subagyono dan Agus (1994) berdasarkan data hasil survei tanah memberikan daftar seri tanah, subgrup
(dalam Soil Taxonomy) dan interpretasi data sifat fisik tanah dalam hubungannya dengan pencetakan sawah baru (Tabel 8).
Menurut Eswaran (1985) sebagian informasi yang berhubungan dengan aspek managemen dipresentasikan pada level seri
tanah atau phase dari seri tanah.

No comments:

Post a Comment